Kejadian Luar Biasa Campak
di Indonesia tahun 2007
FENOMENA
KASUS
Penyakit
Campak disebabkan oleh virus campak atau biasa disebut virus measles.
Virus campak
termasuk genus Morbilivirus familia Paramyxoviridae.
Penyakit ini
sangat menular dan akut, menyerang hampir semua anak kecil. Bila mengenai
balita terutama dengan gizi buruk maka dapat terjadi komplikasi. Komplikasi yang
sering adalah bronchopneumonia, gastroenteritis, dan otitis media; ensefalitis
jarang terjadi tetapi dapat berakibat fatal, yaitu kematian. (Richman, 2002).
Di
negara sedang berkembang hampir semua ibu pernah terserang campak pada masa
kecilnya sehingga bayi yang dilahirkan mempunyai antibodi maternal terhadap
penyakit campak, tetapi kadar antibodi tersebut berangsur-angsur menurun
sehingga perlindungan yang didapat hanya pada 6-9 bulan pertama kelahiran. Oleh
karena itu, pencegahan penyakit campak perlu dilakukan dengan
memberi satu dosis vaksin campak yang
telah dilemahkan. Di Indonesia vaksin diberikan setelah anak berumur 9 bulan.
(Dit.Jen. PPM-PL Departemen Kesehatan, 2003).
Dalam
rangka tahapan reduksi campak, Pemerintah Indonesia (Departemen Kesehatan)
telah melakukan program vaksinasi. Keberhasilan pencegahan penyakit campak
dengan cara imunisasi sudah banyak terbukti dengan menurunnya angka kesakitan
dan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit ini. Cakupan imunisasi campak
pada tingkat nasional sudah cukup tinggi, mencapai 90%. Namun, sejak tahun 1998
masih ditemukan KLB (Kejadian Luar Biasa) campak di Indonesia. (Dit.Jen. PPM-PL
Departemen Kesehatan, 2003)
KLB
Campak adalah adanya kasus atau kematian campak pada suatu kecamatan,
puskesmas, desa yang pada tahun sebelumnya tidak ditemukan/dilaporkan. KLB
campak juga dapat didefinisikan sebagai peningkatan jumlah kasus campak baru
atau kematian campak pada suatu wilayah (desa, puskesmas, kecamatan) selama
kurun waktu 3 minggu atau lebih secara berturut-turut. (Richman, 2002). Kasus
campak klinis adalah kasus dengan gejala bercak kemerahan di tubuh berbentuk
makulopapular selama 3 hari atau lebih disertai demam 38°C. (Dit.Jen. PPM-PL
Departemen Kesehatan, 2003).
Dilaporkan
114 KLB di 21 provinsi dengan total jumlah kasus sebanyak 2.408 penderita. Terdapat
pola penurunan kasus di awal Januari, kemudian meningkat pada bulan September dan
terus menurun sampai Desember 2007 (Gambar 1).
Provinsi
Gorontalo merupakan provinsi terbanyak mengalami KLB campak dengan 22 KLB,
disusul dengan provinsi Sulawesi Tengah 19 KLB. Sedangkan 12 provinsi tidak
melaporkan adanya KLB (Gambar 2).
Total
kasus campak terbanyak di provinsi Sulawesi Tengah dengan 411 kasus, disusul Gorontalo
dengan 354 kasus. Kematian akibat Campak terjadi di provinsi Gorontalo,
Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara dengan 2 kasus kematian. Sedangkan Maluku
Utara dan Sulawesi Selatan melaporkan 1 kematian akibat campak (tabel 1).
Penyakit campak lebih banyak pada umur
5-9 tahun (gambar 3, tabel 3).
Pada
umur lebih dari 14 tahun sangat sedikit mungkin karena daya tahan tubuhnya
lebih tinggi. Kelompok umur kurang dari 1 tahun relatif lebih sedikit menderita
campak mungkin karena kekebalan bawaan yang bertahan relatif lama yaitu hingga
bayi berumur 9 bulan. (Dit.Jen. PPM-PL Departemen Kesehatan, 2003). Tingkat
kematian umur kurang dari 1 tahun lebih tinggi (tabel 2) mungkin karena lebih rentan
bila dibandingkan dengan kelompok umur lain.
Tingkat
kesakitan campak di antara yang telah divaksinasi cukup tinggi yaitu 20% (tabel
3). Hal ini mungkin karena banyak faktor seperti status gizi, faktor usia saat
imunisasi, faktor vaksin atau mungkin juga karena adanya mutasi dari virus
campak liar yang ada di Indonesia, mengingat di Indonesia telah ditemukan 3
genotipe virus campak yaitu G2, G3 dan
D9. (WHO, 2001).
SIMPULAN
Terdapat
114 kasus KLB Campak di 21 provinsi di Indonesia selama tahun 2007, tetapi
terlihat pola penurunan kasus KLB campak. Provinsi dengan kasus KLB campak
terbanyak adalah Gorontalo dan Sulawesi Tengah. Beberapa provinsi tidak
melaporkan KLB campak. Campak lebih banyak pada golongan umur 5-9 tahun. Masih
ada kasus campak di kalangan yang telah mendapatkan imunisasi.
SUMBER:
Subangkit
Badan
Penelitan dan Pengembangan Kesehatan RI,
Pusat
Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=Subangkit+Badan+Penelitian+dan+Pengembangan+Kesehatan+RI,+Pusat+Penelitian+dan+Pengembangan+Biomedis+dan+Farmasi+Departemen+Kesehatan+Republik+Indonesia.+:+Kejadian+Luar+Biasa+Campak+di+Indonesia+tahun+2007 diakses
pada 21 Maret 2013.
KAJIAN
ANALISIS FENOMENA KESEHATAN DENGAN KONSEP-KONSEP EPIDEMIOLOGI
Dalam
epidemiologi terdapat tiga macam penelitian, diantaranya deskriptif (observasional),
analitik, dan eksperimen. Penelitian analitik dan deskriptif digunakan untuk
mengobservarsi rangkaian peristiwa terjadinya penyakit secara alami dan
penelitian eksperimental mempelajari pengaruh berbagai macam faktor
pengendaliannya. Penelitian yang dilakukan dalam mengendalikan penyakit campak
sesuai dengan epidemologi dapat dilakukan dengan cara penelitian deskriptif dan
analitik.
Epidemiologi
deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi individu dan populasi yang memiliki
resiko paling besar terkena campak, untuk menentukan tanda-tanda sebagai
etiologi penyakit campak (seperti letih, lesu, mata berair dan meradang, batuk,
pilek, muncul demam tinggi, timbul bercak/ bintik-bintik), serta untuk
memprediksikan kejadian penyakit campak melalui pemahaman hubungan antara suatu
penyakit dengan beberapa faktor risiko yang ada.
Konsep studi epidemiologi untuk penyakit campak yang harus
dibahas meliputi:
1.
proses terjadinya penyakit infeksi
2.
masa tunas
3.
habiata atau reservoir
4.
perjalanan penyakit alamiah
5.
pencegahan penyakit
6.
mekanisme transmisi.
Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara
“agen” atau faktor penyebab penyakit dengan manusia sebagai pejamu yang rentan
dan didukung oleh keadaan lingkungan. Jika suatu wabah terjadi, seorang
investigator harus mengetahui atau menentukan rantai infeksi yang memungkinkan
untuk merencanakan tindakan pengendalian yang efektif. (Kathleen,
2009).
Surveilans penyakit campak diperlukan
karena merupakan bagian dari strategi reduksi campak. Surveilans dilakukan
untuk menilai perkembangan program pemberantasan campak dan menentukan strategi
pemberantasannya terutama di daerah. Setelah surveilans dilakukan, perlu adanya
penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran epidemologi kasus campak di
Indonesia tahun 2007. Populasi penelitian adalah semua data kasus campak yang
dilaporkan di 21 provinsi pada tahun 2007.
Variabel terikat adalah
jumlah kejadian campak. Variabel bebasnya adalah terdiri dari umur, jenis
kelamin, status vitamin A, status imunisasi, cakupan imunisasi, tempat, dan
waktu (bulan). Instrumen penelitian yang digunakan adalah Form yang digunakan untuk menganalisis data kasus campak. Metode
mengolah dan menganalisis data sekunder yang terkumpul di sub bagian Pengendali
Masalah Kesehatan. Data-data yang diperoleh kemudian diolah melalui
tahap-tahap pengolahan data sebagai berikut:
1. Pembuatan
Struktur Data
2. Entri Data
3. Analisis Data
Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, Analisis
univariat pada variabel orang digunakan untuk melihat dan mendeskripsikan
besarnya distribusi frekuensi dan insiden kasus campak pada umur, jenis
kelamin, status imunisasi dan status vitamin A. Analisis univariat pada
variabel waktu digunakan untuk melihat kecenderungan pada bulan kasus. Analisis
univariat pada variabel tempat digunakan untuk melihat kasus campak dengan
pengaruh kondisi geografisnya serta cakupan imunisasi campak di tempat tersebut.
Data diatur sesuai dengan variabel orang, tempat, dan waktu untuk
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang mungkin berhubungan dengan
insidens penyakit. Umur adalah faktor yang paling penting diantara variabel
orang lainnya. Kita harus mengetahui umur manusia yang rentan terhadap campak
(contohnya berdasarkan hasil data diatas disebutkan bahwa anak-anak umur 5-9
tahun rentan terhadap campak), status imun (bisa diberi imunisasi saat bayi), serta
kondisi fisik dan mental.
Variabel seperti kelas sosial, pekerjaan, gaya hidup, tingkat
pendidikan, dan penghasilan mempengaruhi status gizi, akses pelayanan
kesehatan, dan kondisi lingkungan sekitar serta kondisi kerja juga mempengaruhi
manusia terjangkit penyakit campak. Kelompok ras dan etnik dapat mempengaruhi
resiko keterlihatan seseorang terhadap penyakit campak. Variabel genetic berhubungan
dengan komposisi genetik yang dapat mempengaruhi kerentanan terhadap penyakit
campak. Bergantung pada kejadian penyakit yang diteliti, tempat dapat
dikarakteristikasikan sebagai tempat lahir, tempat tinggal, sekolah, rumah
sakit, tempat kerja manusia yang terkena campak.
Data surveilans yang dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan
urutan waktu untuk membuktikan perubahan dalam insidens penyakit campak. Dapat pula
dilakukan pembuatan kurva epidemik yaitu grafik suatu periode epidemic untuk
menunjukkan kecenderungan yang terjadi sepanjang periode tahun 2007. Informasi ini
dapat digunakan untuk memantau efektifitas program manajemen mutu dan
pengendalian infeksi dalam fasillitas pelayanan kesehatan dan sektor kesehatan
masyarakat.
Beberapa penyakit mempunyai satu karakteristik pola musiman,
begitu juga penyakit campak. Campak paling sering terjadi pada musim dingin dan
awal musim semi. Dengan mengetahui karakteristik pola musiman, kita dapat
menggunakannya untuk mengenali agen yang diduga menyebabkan penyakit campak dan
untuk menetapkan target waktu dalam melakukan sosialisasi imnunisasi.
Epidemiologi analitik dilakukan ketika melakukan investigasi
penyakit campak, menggambarkan penyakit campak (contohnya, populasi yang
terlibat, waktu, dan tempat), dan kemudian attack
rate atau angka penyerangan dapat dihitung untuk mengidentifikasi populasi
dan angka penyakit tertinggi. Langkah berikutnya dalam investigasi adalah
menggunakan metode analitik untuk mencari penyebab yang memungkinkan dengan
membandingkan faktor-faktor resiko secara matematis anatara populasi dengan
penyakit dan populasi tanpa penyakit.
Dua konsep penting yang digunakan dalam epidemiologi analitik
adalah penyebab dan asosiasi. Penyebab adalah suatu faktor yang mempengaruhi
secara langsung penyakit campak. Pengurangan atau eliminasi suatu faktor penyakit
campak dalam populasi tersebut. Asosiasi hubungan antara dua atau lebih
variabel yang ada secara statistik.
Terakhir yang harus dilakukan adalah penelitian
kasus-kontrol. Ini adalah suatu metode yang paling umum digunakan untuk menguji
hubungan sebab-akibat ketika menginvestigasi wabah pada fasilitas pelayanan
kesehatan. Dalam suatu penelitian kasus-kontrol, kasus diidentifikasi dan
dibandingkan dengan control (contohnya orang dari populasi yang sama yang
tidak mengidap campak). Analisis statistik dilakukan untuk menentukan jika
terdapat dua kelompok dengan perbedaan proporsi orang terpajan suatu faktor
yang spesifik.
Pengidentifikasikan tindakan
efektif untuk mengendalikan atau mencegah penyebaran penyakit harus dilakukan. Tindakan
ini ditujukan pada salah satu mata rantai infeksi dan selalu diarahkan menuju
reservoir atau sumber, cara penularan, atau kerentanan pejamu. Tetapi kadangkala
terdapat pergeseran dalam penekanan aktivitas pengendalian primer yang
digunakan untuk mencegah penyebaran penyakit campak. Sebagai contoh, sebelum vaksin
campak diimplementasikan secara luas, metode pengendalian primernya adalah
mengisolasi seorang yang terkena infeksi campak. (Budiarto dan Dewi, 2002).
DAFTAR
PUSTAKA
Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. Pengantar
Epidemiologi. Jakarta: EGC, 2002.
Dit.Jen. PPM-PL Departemen Kesehatan. Panduan praktis surveilans epidemiologi
penyakit (PEP). Jakarta: 2003.
. PPM-PL Departemen Kesehatan bekerja
sama dengan WHO. Pedoman surveilans dan
respons KLB Campak. Jakarta: 2002.
Kathleen, Meehan Arias. Investigasi dan Pengendalian Wabah di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC, 2009.
Richman DD, Whitley RJ, Hayden FG. Clinical Virology,2nd ed. Washington:
ASM Pres: 2002.
WHO. Expanded
program on immunization. standardization of the nomenclature for describing the
genetic characteristics of wild type measles viruses (Update). Weekly
Epidemiological Report 2001; 32; 241-8.
NAMA : Aulia Dewi Nuur Halimah
KELAS : C 2013
NIM : 25010113120193
NAMA : Aulia Dewi Nuur Halimah
KELAS : C 2013
NIM : 25010113120193