Minggu, 23 Maret 2014

Kejadian Luar Biasa Campak di Indonesia tahun 2007




Kejadian Luar Biasa Campak
di Indonesia tahun 2007



FENOMENA KASUS

Penyakit Campak disebabkan oleh virus campak atau biasa disebut virus measles. Virus campak termasuk genus Morbilivirus familia Paramyxoviridae. Penyakit ini sangat menular dan akut, menyerang hampir semua anak kecil. Bila mengenai balita terutama dengan gizi buruk maka dapat terjadi komplikasi. Komplikasi yang sering adalah bronchopneumonia, gastroenteritis, dan otitis media; ensefalitis jarang terjadi tetapi dapat berakibat fatal, yaitu kematian. (Richman, 2002).

Di negara sedang berkembang hampir semua ibu pernah terserang campak pada masa kecilnya sehingga bayi yang dilahirkan mempunyai antibodi maternal terhadap penyakit campak, tetapi kadar antibodi tersebut berangsur-angsur menurun sehingga perlindungan yang didapat hanya pada 6-9 bulan pertama kelahiran. Oleh karena itu, pencegahan penyakit campak perlu dilakukan dengan
memberi satu dosis vaksin campak yang telah dilemahkan. Di Indonesia vaksin diberikan setelah anak berumur 9 bulan. (Dit.Jen. PPM-PL Departemen Kesehatan, 2003).

Dalam rangka tahapan reduksi campak, Pemerintah Indonesia (Departemen Kesehatan) telah melakukan program vaksinasi. Keberhasilan pencegahan penyakit campak dengan cara imunisasi sudah banyak terbukti dengan menurunnya angka kesakitan dan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit ini. Cakupan imunisasi campak pada tingkat nasional sudah cukup tinggi, mencapai 90%. Namun, sejak tahun 1998 masih ditemukan KLB (Kejadian Luar Biasa) campak di Indonesia. (Dit.Jen. PPM-PL Departemen Kesehatan, 2003)

KLB Campak adalah adanya kasus atau kematian campak pada suatu kecamatan, puskesmas, desa yang pada tahun sebelumnya tidak ditemukan/dilaporkan. KLB campak juga dapat didefinisikan sebagai peningkatan jumlah kasus campak baru atau kematian campak pada suatu wilayah (desa, puskesmas, kecamatan) selama kurun waktu 3 minggu atau lebih secara berturut-turut. (Richman, 2002). Kasus campak klinis adalah kasus dengan gejala bercak kemerahan di tubuh berbentuk makulopapular selama 3 hari atau lebih disertai demam 38°C. (Dit.Jen. PPM-PL Departemen Kesehatan, 2003).
Dilaporkan 114 KLB di 21 provinsi dengan total jumlah kasus sebanyak 2.408 penderita. Terdapat pola penurunan kasus di awal Januari, kemudian meningkat pada bulan September dan terus menurun sampai Desember 2007 (Gambar 1).






Provinsi Gorontalo merupakan provinsi terbanyak mengalami KLB campak dengan 22 KLB, disusul dengan provinsi Sulawesi Tengah 19 KLB. Sedangkan 12 provinsi tidak melaporkan adanya KLB (Gambar 2).




Total kasus campak terbanyak di provinsi Sulawesi Tengah dengan 411 kasus, disusul Gorontalo dengan 354 kasus. Kematian akibat Campak terjadi di provinsi Gorontalo, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara dengan 2 kasus kematian. Sedangkan Maluku Utara dan Sulawesi Selatan melaporkan 1 kematian akibat campak (tabel 1).



Penyakit campak lebih banyak pada umur 5-9 tahun (gambar 3, tabel 3).

















































Pada umur lebih dari 14 tahun sangat sedikit mungkin karena daya tahan tubuhnya lebih tinggi. Kelompok umur kurang dari 1 tahun relatif lebih sedikit menderita campak mungkin karena kekebalan bawaan yang bertahan relatif lama yaitu hingga bayi berumur 9 bulan. (Dit.Jen. PPM-PL Departemen Kesehatan, 2003). Tingkat kematian umur kurang dari 1 tahun lebih tinggi (tabel 2) mungkin karena lebih rentan bila dibandingkan dengan kelompok umur lain.



Tingkat kesakitan campak di antara yang telah divaksinasi cukup tinggi yaitu 20% (tabel 3). Hal ini mungkin karena banyak faktor seperti status gizi, faktor usia saat imunisasi, faktor vaksin atau mungkin juga karena adanya mutasi dari virus campak liar yang ada di Indonesia, mengingat di Indonesia telah ditemukan 3
genotipe virus campak yaitu G2, G3 dan D9. (WHO, 2001).

SIMPULAN
Terdapat 114 kasus KLB Campak di 21 provinsi di Indonesia selama tahun 2007, tetapi terlihat pola penurunan kasus KLB campak. Provinsi dengan kasus KLB campak terbanyak adalah Gorontalo dan Sulawesi Tengah. Beberapa provinsi tidak melaporkan KLB campak. Campak lebih banyak pada golongan umur 5-9 tahun. Masih ada kasus campak di kalangan yang telah mendapatkan imunisasi.

SUMBER:
Subangkit
Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan RI,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.




KAJIAN ANALISIS FENOMENA KESEHATAN DENGAN KONSEP-KONSEP EPIDEMIOLOGI

Dalam epidemiologi terdapat tiga macam penelitian, diantaranya deskriptif (observasional), analitik, dan eksperimen. Penelitian analitik dan deskriptif digunakan untuk mengobservarsi rangkaian peristiwa terjadinya penyakit secara alami dan penelitian eksperimental mempelajari pengaruh berbagai macam faktor pengendaliannya. Penelitian yang dilakukan dalam mengendalikan penyakit campak sesuai dengan epidemologi dapat dilakukan dengan cara penelitian deskriptif dan analitik.

Epidemiologi deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi individu dan populasi yang memiliki resiko paling besar terkena campak, untuk menentukan tanda-tanda sebagai etiologi penyakit campak (seperti letih, lesu, mata berair dan meradang, batuk, pilek, muncul demam tinggi, timbul bercak/ bintik-bintik), serta untuk memprediksikan kejadian penyakit campak melalui pemahaman hubungan antara suatu penyakit dengan beberapa faktor risiko yang ada.
Konsep studi epidemiologi untuk penyakit campak yang harus dibahas meliputi:
1.     proses terjadinya penyakit infeksi
2.     masa tunas
3.     habiata atau reservoir
4.     perjalanan penyakit alamiah
5.     pencegahan penyakit
6.     mekanisme transmisi.

Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara “agen” atau faktor penyebab penyakit dengan manusia sebagai pejamu yang rentan dan didukung oleh keadaan lingkungan. Jika suatu wabah terjadi, seorang investigator harus mengetahui atau menentukan rantai infeksi yang memungkinkan untuk merencanakan tindakan pengendalian yang efektif. (Kathleen, 2009).

Surveilans penyakit campak diperlukan karena merupakan bagian dari strategi reduksi campak. Surveilans dilakukan untuk menilai perkembangan program pemberantasan campak dan menentukan strategi pemberantasannya terutama di daerah. Setelah surveilans dilakukan, perlu adanya penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran epidemologi kasus campak di Indonesia tahun 2007. Populasi penelitian adalah semua data kasus campak yang dilaporkan di 21 provinsi pada tahun 2007.

Variabel terikat adalah jumlah kejadian campak. Variabel bebasnya adalah terdiri dari umur, jenis kelamin, status vitamin A, status imunisasi, cakupan imunisasi, tempat, dan waktu (bulan). Instrumen penelitian yang digunakan adalah Form yang digunakan untuk menganalisis data kasus campak. Metode mengolah dan menganalisis data sekunder yang terkumpul di sub bagian Pengendali Masalah Kesehatan. Data-data yang diperoleh kemudian diolah melalui tahap-tahap pengolahan data sebagai berikut:
1. Pembuatan Struktur Data
2. Entri Data
3. Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, Analisis univariat pada variabel orang digunakan untuk melihat dan mendeskripsikan besarnya distribusi frekuensi dan insiden kasus campak pada umur, jenis kelamin, status imunisasi dan status vitamin A. Analisis univariat pada variabel waktu digunakan untuk melihat kecenderungan pada bulan kasus. Analisis univariat pada variabel tempat digunakan untuk melihat kasus campak dengan pengaruh kondisi geografisnya serta cakupan imunisasi campak di tempat tersebut.

Data diatur sesuai dengan variabel orang, tempat, dan waktu untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang mungkin berhubungan dengan insidens penyakit. Umur adalah faktor yang paling penting diantara variabel orang lainnya. Kita harus mengetahui umur manusia yang rentan terhadap campak (contohnya berdasarkan hasil data diatas disebutkan bahwa anak-anak umur 5-9 tahun rentan terhadap campak), status imun (bisa diberi imunisasi saat bayi), serta kondisi fisik dan mental.

Variabel seperti kelas sosial, pekerjaan, gaya hidup, tingkat pendidikan, dan penghasilan mempengaruhi status gizi, akses pelayanan kesehatan, dan kondisi lingkungan sekitar serta kondisi kerja juga mempengaruhi manusia terjangkit penyakit campak. Kelompok ras dan etnik dapat mempengaruhi resiko keterlihatan seseorang terhadap penyakit campak. Variabel genetic berhubungan dengan komposisi genetik yang dapat mempengaruhi kerentanan terhadap penyakit campak. Bergantung pada kejadian penyakit yang diteliti, tempat dapat dikarakteristikasikan sebagai tempat lahir, tempat tinggal, sekolah, rumah sakit, tempat kerja manusia yang terkena campak.

Data surveilans yang dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan urutan waktu untuk membuktikan perubahan dalam insidens penyakit campak. Dapat pula dilakukan pembuatan kurva epidemik yaitu grafik suatu periode epidemic untuk menunjukkan kecenderungan yang terjadi sepanjang periode tahun 2007. Informasi ini dapat digunakan untuk memantau efektifitas program manajemen mutu dan pengendalian infeksi dalam fasillitas pelayanan kesehatan dan sektor kesehatan masyarakat.

Beberapa penyakit mempunyai satu karakteristik pola musiman, begitu juga penyakit campak. Campak paling sering terjadi pada musim dingin dan awal musim semi. Dengan mengetahui karakteristik pola musiman, kita dapat menggunakannya untuk mengenali agen yang diduga menyebabkan penyakit campak dan untuk menetapkan target waktu dalam melakukan sosialisasi imnunisasi.

Epidemiologi analitik dilakukan ketika melakukan investigasi penyakit campak, menggambarkan penyakit campak (contohnya, populasi yang terlibat, waktu, dan tempat), dan kemudian attack rate atau angka penyerangan dapat dihitung untuk mengidentifikasi populasi dan angka penyakit tertinggi. Langkah berikutnya dalam investigasi adalah menggunakan metode analitik untuk mencari penyebab yang memungkinkan dengan membandingkan faktor-faktor resiko secara matematis anatara populasi dengan penyakit dan populasi tanpa penyakit.

Dua konsep penting yang digunakan dalam epidemiologi analitik adalah penyebab dan asosiasi. Penyebab adalah suatu faktor yang mempengaruhi secara langsung penyakit campak. Pengurangan atau eliminasi suatu faktor penyakit campak dalam populasi tersebut. Asosiasi hubungan antara dua atau lebih variabel yang ada secara statistik.

Terakhir yang harus dilakukan adalah penelitian kasus-kontrol. Ini adalah suatu metode yang paling umum digunakan untuk menguji hubungan sebab-akibat ketika menginvestigasi wabah pada fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam suatu penelitian kasus-kontrol, kasus diidentifikasi dan dibandingkan dengan control (contohnya orang dari populasi yang sama yang tidak mengidap campak). Analisis statistik dilakukan untuk menentukan jika terdapat dua kelompok dengan perbedaan proporsi orang terpajan suatu faktor yang spesifik.

Pengidentifikasikan tindakan efektif untuk mengendalikan atau mencegah penyebaran penyakit harus dilakukan. Tindakan ini ditujukan pada salah satu mata rantai infeksi dan selalu diarahkan menuju reservoir atau sumber, cara penularan, atau kerentanan pejamu. Tetapi kadangkala terdapat pergeseran dalam penekanan aktivitas pengendalian primer yang digunakan untuk mencegah penyebaran penyakit campak. Sebagai contoh, sebelum vaksin campak diimplementasikan secara luas, metode pengendalian primernya adalah mengisolasi seorang yang terkena infeksi campak. (Budiarto dan Dewi, 2002).


DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC, 2002.
Dit.Jen. PPM-PL Departemen Kesehatan. Panduan praktis surveilans epidemiologi penyakit (PEP). Jakarta: 2003.
              . PPM-PL Departemen Kesehatan bekerja sama dengan WHO. Pedoman surveilans dan respons KLB Campak. Jakarta: 2002.
Kathleen, Meehan Arias. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC, 2009.
Richman DD, Whitley RJ, Hayden FG. Clinical Virology,2nd ed. Washington: ASM Pres: 2002.
WHO. Expanded program on immunization. standardization of the nomenclature for describing the genetic characteristics of wild type measles viruses (Update). Weekly Epidemiological Report 2001; 32; 241-8.

NAMA    : Aulia Dewi Nuur Halimah
KELAS  : C 2013
NIM        : 25010113120193